Istilah Taubatan Nasuha mungkin jarang kita dengar. Istilah
yg lebih sering kita dengar dan lebih sering diutarakan, baik oleh para
ustadz, ulama, ataupun di masyarakat adalah taubat atau tobat. Makna
keduanya, sekilas sama, namun istilah taubatan nasuha merupakan istilah
yg lebih ‘tepat’ dan akan dibahas di artikel ini.
Terma dari akar kata “t-w-b” dalam bahasa Arab menunjukkan
pengertian: pulang dan kembali. Sedangkan taubat kepada Allah SWT
berarti pulang dan kembali ke haribaan-Nya serta tetap di pintu-Nya. Definisi ini diutarakan oleh Yusuf Qardhawi, salah seorang ulama besar asal Mesir.
Sementara istilah Taubatan Nasuha, berasal dari Al Qur’an, At Tahrim(66):8,
“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya,
mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang
beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan
di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami,
sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.”
Pengertian murni dalam bertaubat adalah benar2 dilakukan karena
ingin kembali ke jalan-Nya. Dia menyesali perbuatan buruknya di masa
lalu serta berjanji untuk TIDAK MELAKUKANNYA/MENGULANGINYA di kemudian
hari. Hasilnya adalah ALLOH SWT akan menghapus kesalahan2 yg pernah
dilakukannya. Dalam satu referensi, aku dapatkan pernyataan dari Al
Kulabi, yg menyatakan bahwa taubatan nasuha dilakukan dengan meminta
ampunan dengan lidah, menyesal dengan hatinya, serta menjaga tubuhnya
untuk tidak melakukannnya lagi.
Dengan demikian, taubat nasuha HARUSLAH HASIL KOORDINASI LIDAH, HATI
DAN TUBUH. Bisa dikatakan, taubat nasuha MIRIP dengan iman, diyakini dg
hati, diucapkan dg lisan, dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Taubat nasuha merupakan solusi dari ALLOH SWT kepada hamba2Nya yg
pernah berbuat kesalahan (dosa) dan kemudian menyadarinya, serta ingin
kembali ke jalan yg benar. Hal
ini dikarenakan tidak ada manusia yg tidak pernah berbuat kesalahan.
Manusia bukanlah malaikat, yg selalu bersih, tanpa noda…karena setan,
selaku musuh manusia, akan selalu menggoda manusia ke dalam perbuatan
maksiat dan melanggar aturan ALLOH SWT, hingga akhir jaman.
Hinakah orang yg berbuat salah kemudian menyadari kesalahannya dan
ingin kembali ke sisi ALLOH SWT? Sesungguhnya tidaklah hina orang yg
bertaubat, karena ALLOH SWT sendiri menyukai orang2 yg bertaubat,
sebagaimana tercantum di Al Baqarah(2):222,
“Mereka bertanya kepadamu
tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu
hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah
kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci,
maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.“
Hal ini wajar jika ALLOH SWT menyukai orang2 yg bertaubat, karena ALLOH SWT sendiri SUKA MENERIMA TOBAT, Al Baqarah(2):160,“kecuali
mereka yang telah tobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan
(kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.“
Ada juga orang yg mengaku bertobat, tapi kembali berulangkali melakukan
kesalahan yg sama. Aku jadi teringat ceramah Zainudin MZ, yg menyatakan
orang yg demikian tobatnya adalah tobat sambal. Ngaku tobat (kapok)
makan sambal, tapi di kesempatan lain akan mencoba lagi makan sambal…dan
saat pedas dirasa, dia tobat lagi, tapi makan lagi sambal, demikian
seterusnya…
Dengan demikian, taubat nasuha ialah taubat yang mengandungi ciri-ciri berikut:
1. Menyesal di atas dosa/maksiat yang dilakukan. Untuk dosa/perbuatan maksiat yg ‘biasa’, dilakukan dg memohon ampunan kepada ALLOH SWT. Sedangkan jika kesalahan dilakukan kepada sesama manusia, maka hendaklah dia meminta maaf kepadanya serta mengembalikan hak yg dia rampas (jika ada).
2. Berniat (dg sungguh2) tidak akan mengulanginya lagi.
3. Memohon taubat kepada ALLOH SWT.
4. ‘Menghapus’ kesalahan masa lalu dg banyak beramal soleh.
1. Menyesal di atas dosa/maksiat yang dilakukan. Untuk dosa/perbuatan maksiat yg ‘biasa’, dilakukan dg memohon ampunan kepada ALLOH SWT. Sedangkan jika kesalahan dilakukan kepada sesama manusia, maka hendaklah dia meminta maaf kepadanya serta mengembalikan hak yg dia rampas (jika ada).
2. Berniat (dg sungguh2) tidak akan mengulanginya lagi.
3. Memohon taubat kepada ALLOH SWT.
4. ‘Menghapus’ kesalahan masa lalu dg banyak beramal soleh.
Mudah2an artikel ini berguna….