Yaumul Mizan
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa
berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari kiamat.

Mizan di hari Kiamat adalah sesuatu yang hakiki dan
benar-benar ada. Hanya Allah Ta’ala yang mengetahui seberapa
besar ukurannya. Seandainya langit dan bumi diletakkan dalam daun timbangannya,
niscaya mizan tersebut akan tetap lapang. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Pada hari Kiamat, mizan akan
ditegakkan. Andaikan ia digunakan untuk menimbang langit dan bumi, niscaya ia
akan tetap lapang. Maka Malaikat pun berkata, “Wahai Rabb-ku, untuk siapa
timbangan ini?” Allah berfirman: “Untuk siapa saja dari hamba-hamba-Ku.” Maka
Malaikat berkata, “Maha suci Engkau, tidaklah kami dapat beribadah kepada-Mu
dengan sebenar-benarnya.” (Diriwayatkan oleh al-Hakim dan dinilai shohih oleh
al-Albani dalam Silsilah As-Silsilah Ash-Shohihah, no. 941)
.
Kaum muslimin rahimakumullah, mizan
ini sangat akurat dalam menimbang, tidak lebih dan tidak kurang sedikitpun.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan Kami akan tegakkan timbangan
yang adil pada hari Kiamat, sehingga tidak seorang pun yang dirugikan walaupun
sedikit. Jika amalan itu hanya seberat biji sawipun, pasti Kami akan
mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS.
Al-Anbiya’: 47)
Mizan ini memiliki dua daun timbangan sebagaimana
diceritakan dalam hadits tentang kartu (bithoqoh) yang akan kami sampaikan
haditsnya nanti. Lalu, apakah yang ditimbang di hari Kiamat kelak? Para ulama
kita berbeda pendapat tentang apa yang ditimbang di hari Kiamat. Ada tiga
pendapat dalam masalah ini.
Pendapat Pertama, Yang Ditimbang Adalah Amal
Pendapat ini didukung oleh hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda:
“Ada dua kalimat yang ringan
diucapkan oleh lisan, tetapi berat dalam timbangan (pada hari Kiamat), dan
dicintai oleh ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih): Subhaanallohi wa bihamdihi
dan Subhanallohil ‘Azhim.”(Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no.
6406, 6682, dan Muslim, 2694).
Pendapat ini yang dipilih oleh Ibnu Hajar al-Ashqolani rahimahullah.
Beliau berpendapat bahwa yang ditimbang adalah amal, karena Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada sesuatu yang lebih
berat ketika ditimbang (di hari Kiamat) daripada akhlak yang mulia.”(Diriwayatkan
oleh al-Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad, no. 270 dan dinilai
shohih oleh al-Albani dalamShahiih al-Adab al-Mufrad, no. 204)
Kedua, Yang Ditimbang Adalah Orangnya
Ada beberapa hadits yang menunjukkan bahwa yang
ditimbang adalah orangnya. Berat atau ringannya timbangan tergantung pada
keimanannya, bukan berdasarkan ukuran tubuh, berat badannya, atau banyaknya
daging yang ada di tubuh mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
“Sesungguhnya pada hari Kiamat
nanti ada seorang laki-laki yang besar dan gemuk, tetapi ketika ditimbang di
sisi Allah, tidak sampai seberat sayap nyamuk.” Lalu
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”Bacalah..
“Dan Kami tidak mengadakan suatu
penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat.” (QS. Al-Kahfi:
105). (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4729 dan Muslim, no.
2785)
‘Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu adalah
seorang sahabat betisnya kecil. Tatkala ia mengambil ranting pohon untuk siwak,
tiba-tiba angin berhembus dengan sangat kencang dan menyingkap pakaiannya,
sehingga terlihatlah kedua telapak kaki dan betisnya yang kecil. Para sahabat
yang melihatnya pun tertawa. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bertanya: “Apa yang sedang kalian tertawakan?” Para
sahabat menjawab, “Kedua betisnya yang kecil, wahai Nabiyullah.” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Demi Dzat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, sungguh kedua betisnya itu di mizan nanti lebih berat dari pada
gunung uhud.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya,
I/420-421 dan ath-Thabrani dalam al-Kabiir,IX/75. Hadits ini
dinilai shohih oleh al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shohihah, no.
3192).
Pendapat Ketiga, Yang Ditimbang Adalah Lembaran
Catatan Amal
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu
‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda (yang
artinya): “Sungguh Allah akan membebaskan seseorang dari umatku di
hadapan seluruh manusia pada hari Kiamat dimana ketika itu dibentangkan 99
gulungan catatan (dosa) miliknya. Setiap gulungan panjangnya sejauh mata
memandang, kemudian Allah berfirman: ‘Apakah ada yang engkau ingkari dari semua
catatan ini? Apakah para (Malaikat) pencatat amal telah menganiayamu?,’ Dia
menjawab: ‘Tidak wahai Rabbku,’ Allah bertanya: ‘Apakah engkau memiliki udzur
(alasan)?,’ Dia menjawab: ‘Tidak Wahai Rabbku.’ Allah berfirman: “Bahkan
sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi-Ku dan sungguh pada hari ini
engkau tidak akan dianiaya sedikitpun. Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu
(bithoqoh) yang di dalamnya terdapat kalimat:
Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang haq selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba
dan Rasul-Nya.
Lalu Allah berfirman: ‘Hadirkan
timbanganmu.’ Dia berkata: ‘Wahai Rabbku, apalah artinya kartu ini dibandingkan
seluruh gulungan (dosa) itu?,’ Allah berfirman: ‘Sungguh kamu tidak akan
dianiaya.’ Kemudian diletakkanlah gulungan-gulungan tersebut pada satu daun
timbangan dan kartu itu pada daun timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan
(dosa) tersebut terangkat dan kartu (laa ilaaha illallah) lebih berat.
Demikianlah tidak ada satu pun yang lebih berat dari sesuatu yang padanya
terdapat Nama Allah.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2639, Ibnu
Majah, no. 4300, Al-Hakim, 1/6, 529, dan Ahmad, no. II/213. Hadits ini dinilai
shohih oleh al-Albani dalam Silsilah Ahaadiits ash-Shahiihah, no.
135)
Pendapat terakhir inilah yang dipilih oleh
al-Qurthubi. Beliau mengatakan, “Yang benar, mizan menimbang berat atau
ringannya buku-buku yang berisikan catatan amal…” (At-Tadzkirah, hal.
313)
Kesimpulan
Tiga pendapat di atas tidak saling bertentangan satu
sama lain. Sebagian orang ada yang ditimbang amalnya, sebagian yang lain
ditimbang buku catatannya, dan sebagian yang lain ditimbang dirinya.
Syaikh Muhammad bin sholih al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan
bahwa secara umum yang ditimbang adalah amal perbuatannya, karena kebanyakan
dalil-dalil menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah amal perbuatan. Adapun
timbangan buku catatan amal dan pelakunya, maka itu khusus untuk sebagian orang
saja. (Syarah al-’Aqidah al-Wasithiyyah, hal. 390)
Apa yang disampaikan oleh syaikh ‘Utsaimin inilah yang
nampaknya lebih menentramkan hati. Wallahu Ta’ala a’lam. Semoga
sedikit kajian yang kami sampaikan ini bisa menjadi pendorong bagi kita untuk
beramal sholih. Dan sekecil apapun amalan yang kita lakukan, tidak akan
disia-siakan walaupun sebesar semut kecil. Dan di hari Kiamat kelak, setiap manusia
pasti akan melihat setiap amal yang telah dia usahakan di dunia ini.
Kita memohon kepada Allah Ta’ala, semoga
Allah Ta’ala menutup umur kita dengan kebaikan dan
keselamatan. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
sumber : muslim