
Manusia sanggup memeras otak dan tenaganya, pagi dan petang, siang dan
malam tanpa merasa jemu. Walaupuh bersusah payah tapi tetap dihadapi
juga kesusahan itu. Walaupun menderita menghadapi berbagai ujian tapi
manusia sanggup menghadapinya. Adakalanya keuntungan yang dikejar, rugi
yang didapat. Kesenangan yang diinginkan, kesusahan yang didapat.
Kebahagiaan yang dikejar, penderitaan yang datang. Kebaikan yang diburu,
kemalangan yang dijumpai. Namun manusia tetap tidak merasa jemu, tidak
merasa kecewa dan tidak berputus asa. Digunakannya segenap tenaga yang
ada untuk memburu dunia. Sampai-sampai tidak ada sama sekali ruangan di
dalam hidupnya untuk urusan akhirat. Atau jika masih ada sedikit tenaga
yang tersisa, itulah yang digunakan untuk urusan akhirat. Itu pun dengan
perasaan jemu, berat dan susah.
Mana lebih berat, shalat Subuh
dua rakaat sekedar 20 menit membawa 30 menit, dengan kerja 8 jam satu
hari ? Karena mencari duit ada kalanya kerja buruh, betapa susah, namun
ada umat Islam sanggup tidak shalat Subuh sekedar 20-30 menit tapi tidak
jemu-jemu bekerja satu hari 8 jam karena mencari duit.
Pergi
shalat berjamaah bukanlah memakan waktu yang panjang. Tidak juga terlalu
jauh karena perintah Allah Taala dan juga tidak meletihkan.
Dibandingkan dengan rekreasi dan menghabiskan waktu untuk bergaul bebas
di tempat yang jauh mungkin di hutan, di tepi laut, di hulu sungai, yang
banyak menyita waktu dan berhadapan dengan keletihan. Namun orang tidak
sanggup pergi shalat jemaah tapi sanggup pergi rekreasi. Adakalanya
sampai di rumah bertengkar pula dengan isteri karena sakit hati dengan
suami. Menonton film yang merusak akhlak atau membaca buku
novel yang menyesatkan dapat dibuat sampai memakan waktu berjam-jam,
kadang-kadang bertengkar dengan ibu bapa atau suami dan isteri. Mana
lebih terkorban waktu atau mana lebih susah, daripada berzikir atau
membaca Al Quran selama 30 menit. Tentulah terkorban masa menonton film
mengarut atau membaca novel mengarut hingga dapat bergaduh daripada
berzikir atau membaca Al Quran sekedar 30 menit. Namun orang sanggup
menonton film atau membaca novel daripada berzikir atau membaca Al
Quran.
Mana lebih berat hendak menderma kepada kelab-kelab
hiburan, tempat maksiat, dugem, makan-makan pesta dengan keglamouran,
demi kehepian dan prestise, paling kurang 1 juta jauh tetapi bila
bersedekah terasa beratnya
“Allah menyuburkan sedekah” adalah
memperbanyak dan mengembangkannya di dunia. Sedangkan di akhirat, Allah
menjaganya semenjak di keluarkan harta tersebut untuk infaq. Penjagaan
ini seperti seseorang menjaga benih yang ditanamnya dengan diperhatikan
dan dipupuk sampai benih tersebut menjadi pohon yang besar. Atau seperti
seseorang yang menjaga dan memelihara anak kuda yang masih kecil, ia
beri makan dan ia rawat dengan baik sehingga menjadi kuda yang besar dan
tangguh. Artinya pahala besar akan ia peroleh walaupun melalui infak
yang sedikit.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Allah Ta'ala berfirman:
"Berinfaklah wahai anak Adam, niscaya Aku berinfak kepadamu" (Muttafaq 'Alaih).
Maknanya adalah Aku beri ganti yang lebih baik untukmu. Ini selaras dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya
dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya" (Qs Saba' 39)
Firman Allah Ta’ala (yang artinya) : “Dan orang-orang yang menyimpan
emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah maka
beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih. Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka jahanam lalu
dibakar dengannya dahi mereka lambung dan punggung mereka (lalu
dikatakan) kepada mereka :”Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk
dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang akibat dari apa yang kamu
simpan itu” (At Taubah : 34-35).
Firman Allah Ta’ala (yang
artinya) : “Sekali-sekali janganlah orang yang bakhil dengan harta yang
Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka bahwa kebakhilan
itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu kelak akan dikalungkan di
lehernya di hari kiamat.” (Ali Imron : 180)