
Jawaban itu membuatnya tersadar, kiriman doa dari anak-anaknya yang masih hidup di dunia itu terus mengalir kepadanya meskipun dia sudah berada di alam yang berbeda. Kalau amal lain sudah selesai pahalanya karena dipisahkan maut, tapi doa anak saleh, ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah, pahalanya masih terus mengalir. Aliran pahala itu sekaligus menghapus dosa-dosa yang bisa jadi akan menjadikannya menjadi penghuni neraka. Sebab kata Gusti Allah, sesungguhnya kebaikan itu menghapus kejelekan. Kebaikannya dulu di dunia dengan mendidik anak-anaknya menjadi anak yang saleh kini buahnya sudah bisa dipetik. Setiap usai salat, anak-anaknya selalu berdoa mohon ampun atas dosa-dosa orang tuanya.
Aliran pahala yang kemudian membawanya ke jannah yang sangat indah itu adalah buah kerja kerasnya mendidik anak-anaknya beribadah. Itu bukan pekerjaan mudah, harus disertai dengan perjuangan dan pengorbanan, tidak jarang harus dengan tetesan air mata. Mengajar anak bisa salat dan mendoakan orang tuanya itu bukan pekerjaan mudah. Belum lagi bagaimana membiasakan mereka pada amalan-amalan tersebut, karena amalan yang paling baik itu adalah amalan yang dilakukan terus menerus. Suatu saat Kanjeng Rasulullah pernah ditanya tentang amalan yang paling disukai Allah. Beliau menjawab, yang dilakukan terus menerus meskipun sedikit. Terus menerus dan konsisten itulah yang disebut istiqamah. Banyak yang menyebut istiqamah itu sulit. Sesuatu yang pada akhirnya menghasilkan imbalan yang luar biasa memang bukan pekerjaan mudah.
Orang-orang sukses, tidak mencapainya dengan mudah, santai-santai, tapi semuanya dicapai dengan kerja keras dengan tetesan keringat, air mata, bahkan darah. Di zaman seperti sekarang ini mendidik anak agar bisa taat beribadah bukan pekerjaan yang mudah, harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Ibarat menabung, harus dilakukan dengan sedikit demi sedikit penuh ketelatenan dan keteladanan. Menyuruh anak akan lebih mudah kalau disertai dengan contoh, bukan hanya dengan kata-kata apalagi disertai amarah. Amarah membuat anak takut dan mau mengikuti perintah, tapi hanya pada saat itu, tapi pada saat tidak ada amarah, mereka mengabaikan.
Kita yang sudah menjadi orang tua, pasti masih mengingat ajaran atau pitutur orang tua yang disampaikan pada waktu kita kecil. Isi memori otak kita bermacam-macam, bisa sesuatu yang baik tapi juga yang jelek. Daripada memori itu diisi dengan hal-hal yang jelek, kan lebih baik diisi yang baik yang nanti akan dirasakan nikmatnya, bahkan sampai di akhirat nanti. Orang tua yang terkaget-kaget oleh ganjaran akibat dari kesalehan anak-anaknya pasti dulunya berjuang ekstra-keras mendidik anak-anaknya agar menjadi anak saleh.
Mereka tidak hanya dikirim ke TPA untuk belajar huruf hijiyyah atau dikirim ke pondok untuk belajar kitab kuning. Yang lebih penting dari semua itu adalah keikhlasan dan teladan orang tuanya, ditambah dengan doa yang tak pernah putus. Pohon yang ditanam dengan penuh keikhlasan, disiram dan disiangi setiap hari dengan penuh kasih sayang, akan menghasilkan buah yang sangat manis dan banyak. Perjuangan orang tua membesarkan dan mendidik anak-anaknya tidak akan sia-sia, pasti akan mendapat balasan. Anak yang saleh tidak akan membiarkan orang tuanya merana di dunia, karena dia juga menjadi investasi bagi orang tuanya di akhirat.
Aliran pahala yang kemudian membawanya ke jannah yang sangat indah itu adalah buah kerja kerasnya mendidik anak-anaknya beribadah. Itu bukan pekerjaan mudah, harus disertai dengan perjuangan dan pengorbanan, tidak jarang harus dengan tetesan air mata. Mengajar anak bisa salat dan mendoakan orang tuanya itu bukan pekerjaan mudah. Belum lagi bagaimana membiasakan mereka pada amalan-amalan tersebut, karena amalan yang paling baik itu adalah amalan yang dilakukan terus menerus. Suatu saat Kanjeng Rasulullah pernah ditanya tentang amalan yang paling disukai Allah. Beliau menjawab, yang dilakukan terus menerus meskipun sedikit. Terus menerus dan konsisten itulah yang disebut istiqamah. Banyak yang menyebut istiqamah itu sulit. Sesuatu yang pada akhirnya menghasilkan imbalan yang luar biasa memang bukan pekerjaan mudah.
Orang-orang sukses, tidak mencapainya dengan mudah, santai-santai, tapi semuanya dicapai dengan kerja keras dengan tetesan keringat, air mata, bahkan darah. Di zaman seperti sekarang ini mendidik anak agar bisa taat beribadah bukan pekerjaan yang mudah, harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Ibarat menabung, harus dilakukan dengan sedikit demi sedikit penuh ketelatenan dan keteladanan. Menyuruh anak akan lebih mudah kalau disertai dengan contoh, bukan hanya dengan kata-kata apalagi disertai amarah. Amarah membuat anak takut dan mau mengikuti perintah, tapi hanya pada saat itu, tapi pada saat tidak ada amarah, mereka mengabaikan.
Kita yang sudah menjadi orang tua, pasti masih mengingat ajaran atau pitutur orang tua yang disampaikan pada waktu kita kecil. Isi memori otak kita bermacam-macam, bisa sesuatu yang baik tapi juga yang jelek. Daripada memori itu diisi dengan hal-hal yang jelek, kan lebih baik diisi yang baik yang nanti akan dirasakan nikmatnya, bahkan sampai di akhirat nanti. Orang tua yang terkaget-kaget oleh ganjaran akibat dari kesalehan anak-anaknya pasti dulunya berjuang ekstra-keras mendidik anak-anaknya agar menjadi anak saleh.
Mereka tidak hanya dikirim ke TPA untuk belajar huruf hijiyyah atau dikirim ke pondok untuk belajar kitab kuning. Yang lebih penting dari semua itu adalah keikhlasan dan teladan orang tuanya, ditambah dengan doa yang tak pernah putus. Pohon yang ditanam dengan penuh keikhlasan, disiram dan disiangi setiap hari dengan penuh kasih sayang, akan menghasilkan buah yang sangat manis dan banyak. Perjuangan orang tua membesarkan dan mendidik anak-anaknya tidak akan sia-sia, pasti akan mendapat balasan. Anak yang saleh tidak akan membiarkan orang tuanya merana di dunia, karena dia juga menjadi investasi bagi orang tuanya di akhirat.