Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia
akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus
kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa.
Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.
Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang
yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia
berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang
yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”” (HR.
Muslim no. 1151).
Dalam riwayat lain dikatakan,
“Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap
amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”.”
(HR. Bukhari no. 1904)
Dalam riwayat Ahmad dikatakan,
“Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya),
“Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa.
Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya”.”
(HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih
sesuai syarat Muslim)
Di antara ganjaran berpuasa sebagaimana disebutkan
dalam hadits di atas.
1. Pahala yang tak terhingga bagi orang yang berpuasa
2. Amalan puasa khusus untuk Allah
3. Sebab pahala puasa, seseorang memasuki surga
4. Dua kebahagiaan yang diraih orang yang berpuasa
yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka
dan
kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya.
5. Bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih
harum daripada bau minyak kasturi.
Lakukanlah Puasa dengan Ikhlas
dan Sesuai Tuntunan Nabi
Agar ibadah diterima di sisi Allah, haruslah terpenuhi
dua syarat, yaitu:
1. Ikhlas karena Allah.
2. Mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam (ittiba’).
Jika salah satu syarat saja yang terpenuhi, maka
amalan ibadah menjadi tertolak.
Dalil dari dua syarat di atas adalah firman Allah Ta’ala,
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".” (QS. Al Kahfi: 110)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
“Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh”, maksudnya adalah
mencocoki syariat Allah (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, pen). Dan “janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya”, maksudnya selalu mengharap wajah Allah semata
dan tidak berbuat syirik pada-Nya. Inilah dua rukun diterimanya ibadah, yaitu
harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.” [Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 9/205,
Muassasah Qurthubah.]
Al Fudhail bin ‘Iyadh tatkala menjelaskan mengenai
firman Allah,
“Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya.” (QS. Al Mulk [67] : 2), beliau mengatakan, “yaitu amalan
yang paling ikhlas dan showab (mencocoki tuntunan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam).”
Lalu Al Fudhail berkata, “Apabila amal dilakukan
dengan ikhlas namun tidak mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, amalan tersebut tidak akan diterima. Begitu pula, apabila suatu
amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam namun
tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak akan diterima.” (Jami’ul Ulum wal
Hikam, hal. 19)
Dalil Anjuran Puasa Senin-Kamis
[Dalil pertama]
Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab,
“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku
diutus atau diturunkannya wahyu untukku.”[ HR. Muslim no. 1162.]
[Dalil
kedua]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari
Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang
berpuasa.” [HR. Tirmidzi no. 747.
At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits inishahih lighoirihi (shahih dilihat dari
jalur lainnya). Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no.
1041.]
[Dalil
ketiga]
Dari ‘Aisyah, beliau mengatakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis.”[ HR. An Nasai no. 2360 dan Ibnu Majah no. 1739. Syaikh
Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahihul Jaami’ no.
4897.]
Faedah Puasa Senin-Kamis
1. Beramal pada waktu utama yaitu ketika catatan amal
dihadapkan di hadapan Allah.
2. Kemaslahatan untuk badan dikarenakan ada waktu
istirahat setiap pekannya.
Catatan: Puasa senin
kamis dilakukan hampir sama dengan puasa wajib di bulan Ramadhan. Dianjurkan
untuk mengakhirkan makan sahur dan menyegerakan berbuka. Untuk masalah niat,
tidak ada lafazh niat tertentu. Niat cukup dalam hati.
Amalan yang Terbaik adalah Amalan
yang Bisa Dirutinkan
Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan
bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala
adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika
melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. [HR. Muslim no. 783, Kitab shalat para musafir dan
qasharnya, Bab Keutamaan amalan shalat malam yang kontinu dan amalan lainnya.]
Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai
oleh Allah. Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab,
”Amalan yang rutin (kontinu), walaupun sedikit.”
[HR. Muslim no. 782]
’Alqomah pernah bertanya pada Ummul Mukminin ’Aisyah,
”Wahai Ummul Mukminin, bagaimanakah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam beramal? Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk
beramal?” ’Aisyah menjawab,
”Tidak. Amalan beliau adalah amalan
yang kontinu (rutin dilakukan). Siapa saja di antara kalian pasti mampu
melakukan yang beliau shallallahu ’alaihi wa sallam lakukan.” [HR. Muslim no. 783]
Semoga Allah memudahkan kita melakukan amalan yang
mulia ini. Amalan yang rutin biar pun sedikit, itu lebih baik.
Segala puji bagi Allah yang
dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Sumber : rumaysho